SEJARAH, VISI DAN MISI

BERANDA UTAMA



SEJARAH UNIVERSITAS AIRLANGGA

Universitas Airlangga mulai berdiri pada th. 1948 sebagai cabang Universitas Indonesia dengan dua Fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi, dan pada tahun 1954 bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan ke-9, diresmikan menjadi Universitas Airlangga berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 57/1954. Pada saat diresmikan Universitas Airlangga memiliki 5 Fakultas, yaitu:

  1. Fakultas Kedokteran
  2. Fakultas Kedokteran Gigi
  3. Fakultas Hukum
  4. Fakultas Sastra di Bali
  5. Fakultas Pendidikan di Malang.

Nama Airlangga yang dipilih untuk Universitas yang baru di belahan timur pulau Jawa, untuk menghormati seorang Pahlawan Indonesia yang pada permulaan abad kesembilan, membentuk satu negara yang meliputi bagian timur Indonesia.

Airlanga yang berarti "Si Peminum Air", adalah nama raja yang memerintah Jawa Timur dari tahun 1019 hingga 1042. Kemungkinan ia dilahirkan di Bali karena ketika ia dilahirkan tahun 1001, orang tuanya memerintah Bali, sebagai wakil raja-raja di Jawa.

Ibunya adalah Mahendrata dan ayahnya adalah Sri Dharmodayanawarmadewa yang disebut juga Udayana. Mahendrata adalah keturunan Empu Sindok. Ia putri raja Makuttawangsawardana dari Jawa , dan mungkin memerintah Bali, mewakili ayahnya dan yang dibantu oleh suaminya Udayana.

Kira-kira tahun 1000, raja Jawa Timur adalah Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa yang diduga suami perempuan Mahendrata.

Dalam tahun 1016 Pangeran Airlangga yang baru menginjak usia 16 tahun menjadi putra menantu Dharmawangsa. Dalam tahun yang sama suatu bencana melanda Jawa Timur. Mula-mula diserang oleh Sriwijaya dibawah pimpinan Raja Wurawari. kemudian pecah pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri. Ibukota dikuasai oleh musuh, Pangeran Airlangga ditemani oleh para pengikutnya yang setia mundur ke hutan dan di sanalah ia memulai kehidupan meditasinya untuk persiapan mental bagi dirinya untuk tugas-tugasnya yang akan datang.

Dalam tahun 1019 ia diangkat raja oleh pengikut-pengikutnya yang setia dan memerintah hingga tahun 1042. Nama lengkapnya adalah Rakar Galu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Tunggadewa.

Dalam waktu selama 20 tahun Airlangga bersikap berhasil memperkuat posisinya dan menguasai seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian kepulauan Sunda (Nusa Tenggara). Akhirnya terdapat dua kerajaan besar yang memerintah Indonesia waktu itu yaitu Kerajaan Airlangga di bagian Timur Indonesia, dan Kerajaan Sriwijaya di sebelah Barat dengan puat pemerintahannya di kota Palembang.

Semenjak menjadi raja Prabu Airlangga selalu menjalankan pemerintahan dengan penuh kebijaksanaan dan kearifan seperti dengan menjalin hubungsn baik dengan Kerajaan Sriwijaya, dan akhirnya Prabu Airlangga memperistri putri Raja Sriwijaya pada tahun 1023. Bangsa Indonesia sekarang sangat yakin bahwa kebijakan politik utuk mewujudkan koeksistensi damai antara Kerajaan Airlangga dengan Kerajaan Sriwijaya yang berdampingan dan bersikap damai itu, memiliki makna penting yaitu sesungguhnya beliau Prabu Airlangga telah mewujudkan persaatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di abad ke-11 lalu.

Disamping itu Raja Airlangga sangat memperhatikan nasib dan kondisi rakyat serta tingkat kesejahteraannya, oleh sebab itu Raja Airlangga telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki dan membangun ririgasi, komunikasi, perdagangan dan pedesaan. Termasuk beliau juga sangat memperhatikan kondisi kehidupan sosial budaya dan spiritual. Beliau sempat juga dinobatkan sebagai pendeta dengan nama "Resi Gentaya".

Semasa hidupnya Raja Airlangga juga banyak menaruh perhatian pada mistik dan pola-pola pengobatan tradisional untuk dapat menghadapi dan menghilangkan berbagai penyakit dan bencana yang dihadapi oleh penduduk. Sang raja sangat yakin bahwa segala malapetaka dan kehidupan yang buruk dapat dilenyapkan jika warga masyarakat dapat menerapkan dan melaksanakan Hukum Suci atau "Sacred Law" sebagai tiang dalam masyarakat.

Setelah Raja Airlangga wafat tahun 1402, Sang Raja diabadikan ke dalam bentuk patung Bathara Wisnu yang duduk dan menaiki Garuda Mukti yang dalam mitos kebudayaan Jawa sebagai mahluk yang kuat, tanguh, kokoh, serta sakti. Bathara Wisnu mampu menjinakkan dan menjadikannya sebagai tempat singgasanya, karena Wisnu memang penuh kearifan kehalusan dan kesaktian. Demikianlah Raja Airlangga memperoleh pujian dari rakyatnya sebagai raja yang bijak, halus dan sakti.

Kini, 900 tahun kemudian , kita tetap melanjutkan penghormatan kita pada Airlangga dan menjadikan Garuda Muka yang menjadi tunggangan Wisnu sebagai lambang Universitas Airlangga.

Diharapkan setiap anggota dan warga Universitas Airlangga untuk selalu menghargai nama Airlangga dan menjunjung tinggi cita-citanya.

Dari sejarah institusinya Universitas Airlangga berawal dari cikal bakal lembaga pendidika NederlandsIndische Artsen School (NIAS) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913 dan tahun 1928 didirikan pula School Tot Opleiding Van Indische Tandartsen (STOVIT). Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tahun 1948 pemerintah pendudukan Belanda mendirikan "Tandheelkundig Instituut"

yang menjadi cabang Universiteit van Indonesie Jakarta dan membuka kembali NIAS dengan nama "Faculteit der Geneeskunde" yang juga sebagai cabang Universiteit van Indonesie Jakarta.

Setelah Indonesia memperoleh kedaulatan penuh, barulah Pemerintah Indonesia secara resmi membuka lembaga pendidikan tinggi yang pertama untuk kawasan timur Indonesia , tepatnya pada tahun 1954 di Surabaya dengan nama Universitas Airlangga dan diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yang ke IX.

Pada saat didirikan Universitas Airlangga tampil dengan 5 (lima) Fakultas, yaitu :

  1. Fakultas Kedokteran dan
  2. Fakultas Kedokteran Gigi, yang semula merupakan cabang dari Universitas Indonesia.
  3. Fakultas Hukum, yang semula merupakan cabang dari Universitas Gajah Mada
  4. Fakultas Sastra, yang berkedudukan di Denpasar dan pada tahun 1962 memisahkan diri dari Universitas Airlangga.
  5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berkedudukan di Malang, dan pada tahun 1963 memisahkan diri dari Universitas Airlangga.

Dalam perjalanan sejarah lembaga Universitas Airlangga, maka lahirlah berturut-turut fakultas-fakultas yang lain sebagai berikut:

  1. Fakultas Ekonomi, berdiri tahun 1961 yang berasal dari Perguruan Tinggi Ekonomi Surabaya.
  2. Fakultas Farmasi, berdiri tahun 1965.
  3. Fakulas Kedokteran Hewan, berdiri th.1972 yang berasal dari Universitas Brawijaya.
  4. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, berdiri tahun 1977.
  5. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yang berdiri pada tahun 1982.
  6. Fakultas Non Gelar Kesehatan yang dianggap sebagai pengembangan dari Pendidikan Ahli Laboratorium Kesehatan (PALK), pada tahun 1993 lembaga ini ditiadakan dan diintegrasikan pada Fakultas berdasarkan jenis Program Studinya.
  7. Fakultas Pasca Sarjana yang berdiri pada tahun 1982, selanjutnya pada tahun 1991 berubah menjadi Program Pasca Sarjana.
  8. Pada tahun 1993 Program Studi Psikologi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat menjadi Fakultas Psikologi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Sebagai informasi tambahan tentang sejarah kelembagaan maka masih dipandang perlu untuk menyebutkan nama-nama Rektor Universitas Airlangga, sebagai berikut :

  1. Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo (1954-1961)
  2. Prof. dr. Moh. Toha (1961-1965)
  3. Kol. CKH. Chasan Durjat, SH (1965)
  4. Prof. Dr. dr. Eri Sudewo (1966-1974)
  5. Prof. dr. Kwari Setjadibrata (1974-1975)
  6. Prof. Abdul Gani, SH, MS (1976-1980)
  7. Prof. Dr. dr. Marsetio Donoseputro (1980-1984)
  8. Prof. dr. Soedarso Djojonegoro (1984-1993)
  9. Prof. dr. H. Bambang Rahino Setokoesoemo (1993 - kini)

Sejarah singkat Universitas Airlangga ini perlu diketahui oleh segenap warga Universitas Airlangga karena nilai sejarah suatu lembaga akan memberikan makna, simbol dan semangat kepada generasi penerusnya untuk meneruskan nilai-nilai positif yang telah diperjuangkan oleh generasi pendahulunya.

(Sumber: Kantor Pusat Universitas Airlangga)


Home

Underconstruction

Dirancang oleh: © W. Purnomo.
Terakhir diperbaharui: 7 Mei 1997.