![]() | SEJARAH, VISI DAN MISI![]() |
Universitas Airlangga mulai berdiri pada th. 1948 sebagai cabang
Universitas Indonesia dengan dua Fakultas yaitu Fakultas Kedokteran
dan Fakultas Kedokteran Gigi, dan pada tahun 1954 bertepatan dengan
peringatan Hari Pahlawan ke-9, diresmikan menjadi Universitas
Airlangga berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 57/1954. Pada saat
diresmikan Universitas Airlangga memiliki 5 Fakultas, yaitu:
Nama Airlangga yang dipilih untuk Universitas yang baru di belahan
timur pulau Jawa, untuk menghormati seorang Pahlawan Indonesia
yang pada permulaan abad kesembilan, membentuk satu negara yang
meliputi bagian timur Indonesia.
Airlanga yang berarti "Si Peminum Air", adalah nama
raja yang memerintah Jawa Timur dari tahun 1019 hingga 1042. Kemungkinan
ia dilahirkan di Bali karena ketika ia dilahirkan tahun 1001,
orang tuanya memerintah Bali, sebagai wakil raja-raja di Jawa.
Ibunya adalah Mahendrata dan ayahnya adalah Sri Dharmodayanawarmadewa
yang disebut juga Udayana. Mahendrata adalah keturunan Empu Sindok.
Ia putri raja Makuttawangsawardana dari Jawa , dan mungkin memerintah
Bali, mewakili ayahnya dan yang dibantu oleh suaminya Udayana.
Kira-kira tahun 1000, raja Jawa Timur adalah Sri Dharmawangsa
Teguh Anantawikramatunggadewa yang diduga suami perempuan Mahendrata.
Dalam tahun 1016 Pangeran Airlangga yang baru menginjak usia 16
tahun menjadi putra menantu Dharmawangsa. Dalam tahun yang sama
suatu bencana melanda Jawa Timur. Mula-mula diserang oleh Sriwijaya
dibawah pimpinan Raja Wurawari. kemudian pecah pemberontakan-pemberontakan
di dalam negeri. Ibukota dikuasai oleh musuh, Pangeran Airlangga
ditemani oleh para pengikutnya yang setia mundur ke hutan dan
di sanalah ia memulai kehidupan meditasinya untuk persiapan mental
bagi dirinya untuk tugas-tugasnya yang akan datang.
Dalam tahun 1019 ia diangkat raja oleh pengikut-pengikutnya yang
setia dan memerintah hingga tahun 1042. Nama lengkapnya adalah
Rakar Galu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama
Tunggadewa.
Dalam waktu selama 20 tahun Airlangga bersikap berhasil memperkuat
posisinya dan menguasai seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian
kepulauan Sunda (Nusa Tenggara). Akhirnya terdapat dua kerajaan
besar yang memerintah Indonesia waktu itu yaitu Kerajaan Airlangga
di bagian Timur Indonesia, dan Kerajaan Sriwijaya di sebelah Barat
dengan puat pemerintahannya di kota Palembang.
Semenjak menjadi raja Prabu Airlangga selalu menjalankan pemerintahan
dengan penuh kebijaksanaan dan kearifan seperti dengan menjalin
hubungsn baik dengan Kerajaan Sriwijaya, dan akhirnya Prabu Airlangga
memperistri putri Raja Sriwijaya pada tahun 1023. Bangsa Indonesia
sekarang sangat yakin bahwa kebijakan politik utuk mewujudkan
koeksistensi damai antara Kerajaan Airlangga dengan Kerajaan Sriwijaya
yang berdampingan dan bersikap damai itu, memiliki makna penting
yaitu sesungguhnya beliau Prabu Airlangga telah mewujudkan persaatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia di abad ke-11 lalu.
Disamping itu Raja Airlangga sangat memperhatikan nasib dan kondisi
rakyat serta tingkat kesejahteraannya, oleh sebab itu Raja Airlangga
telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki dan membangun
ririgasi, komunikasi, perdagangan dan pedesaan. Termasuk beliau
juga sangat memperhatikan kondisi kehidupan sosial budaya dan
spiritual. Beliau sempat juga dinobatkan sebagai pendeta dengan
nama "Resi Gentaya".
Semasa hidupnya Raja Airlangga juga banyak menaruh perhatian pada
mistik dan pola-pola pengobatan tradisional untuk dapat menghadapi
dan menghilangkan berbagai penyakit dan bencana yang dihadapi
oleh penduduk. Sang raja sangat yakin bahwa segala malapetaka
dan kehidupan yang buruk dapat dilenyapkan jika warga masyarakat
dapat menerapkan dan melaksanakan Hukum Suci atau "Sacred
Law" sebagai tiang dalam masyarakat.
Setelah Raja Airlangga wafat tahun 1402, Sang Raja diabadikan
ke dalam bentuk patung Bathara Wisnu yang duduk dan menaiki Garuda
Mukti yang dalam mitos kebudayaan Jawa sebagai mahluk yang kuat,
tanguh, kokoh, serta sakti. Bathara Wisnu mampu menjinakkan dan
menjadikannya sebagai tempat singgasanya, karena Wisnu memang
penuh kearifan kehalusan dan kesaktian. Demikianlah Raja Airlangga
memperoleh pujian dari rakyatnya sebagai raja yang bijak, halus
dan sakti.
Kini, 900 tahun kemudian , kita tetap melanjutkan penghormatan
kita pada Airlangga dan menjadikan Garuda Muka yang menjadi tunggangan
Wisnu sebagai lambang Universitas Airlangga.
Diharapkan setiap anggota dan warga Universitas Airlangga untuk
selalu menghargai nama Airlangga dan menjunjung tinggi cita-citanya.
Dari sejarah institusinya Universitas Airlangga berawal dari cikal
bakal lembaga pendidika NederlandsIndische Artsen School (NIAS)
yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913
dan tahun 1928 didirikan pula School Tot Opleiding Van Indische
Tandartsen (STOVIT). Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tahun
1948 pemerintah pendudukan Belanda mendirikan "Tandheelkundig
Instituut"
yang menjadi cabang Universiteit van Indonesie Jakarta dan membuka
kembali NIAS dengan nama "Faculteit der Geneeskunde"
yang juga sebagai cabang Universiteit van Indonesie Jakarta.
Setelah Indonesia memperoleh kedaulatan penuh, barulah Pemerintah
Indonesia secara resmi membuka lembaga pendidikan tinggi yang
pertama untuk kawasan timur Indonesia , tepatnya pada tahun 1954
di Surabaya dengan nama Universitas Airlangga dan diresmikan bertepatan
dengan peringatan Hari Pahlawan yang ke IX.
Pada saat didirikan Universitas Airlangga tampil dengan 5 (lima)
Fakultas, yaitu :
Dalam perjalanan sejarah lembaga Universitas Airlangga, maka
lahirlah berturut-turut fakultas-fakultas yang lain sebagai berikut:
Sebagai informasi tambahan tentang sejarah kelembagaan maka masih
dipandang perlu untuk menyebutkan nama-nama Rektor Universitas
Airlangga, sebagai berikut :
Sejarah singkat Universitas Airlangga ini perlu diketahui oleh
segenap warga Universitas Airlangga karena nilai sejarah suatu
lembaga akan memberikan makna, simbol dan semangat kepada generasi
penerusnya untuk meneruskan nilai-nilai positif yang telah diperjuangkan
oleh generasi pendahulunya.
(Sumber: Kantor Pusat Universitas Airlangga)